MASUK

Rabu, 16 Maret 2011

naskah drama "ATUN"

Atun (bergumam kecil) :Jakarta jakarta, wong apek tenan yah itu kota. Kata orang mah, dengan ke Jakarta hidup kita bisa berubah.Besok aku mau ke jakarta ah.. lumayan, sapa tau aja aku bisa merubah nasibku disana.

Mba Lingling yang tak sengaja lewat dan mendengar guman atun, singgah dan duduk disamping atun. Sontak atun terkejut.

Atun : ya ampun mbak lingling, bikin kaget aja..
Mbak lingling : edodoe.. ndo, ndo (sambil menepuk-nepuk pundak atun), kamu pikir hidup di Jakarta itu bisa bikin hidup kamu bahagia? Hidup di Jakarta itu keras. Perlu perjuangan buat bisa adaptasi dengan lingkungan disana. Sarjana aja masih banyak yang nganggur, apalagi kamu, gimana coba kamu bisa bertahan hidup. Wong sekolah aja gag pernah. Kamu itu harus jadi orang pinter dulu kalau mau ke Jakarta. Biar gag dibilang sampah masyarakat.

Semalaman atun melamun. Matanya tak bisa terpejam. Dia masih terngat dengan perkataan mbak lingling. Memang sih Jakarta itu keras tapi tekad atun buat ke Jakarta sudah bulat. Dia mau mengubah nasib keluarganya. Kemudian terbesit di pikirannya untuk menemui mbak lingling.


Atun (keluar dan membawa celengan) : "Ya Allah, ampunilah hamba-Mu ini, harus melangkah ke manakah hamba-Mu ini?? (Atun pergi dan membawa celengan dan uangnya)

Kabul (keluar dan memainkan pesawatnya) : "Ngeeenggg... ngeeenggg...."
(Melihat ke bawah, lalu) : "Pakkkk??? Celengannya??? Uangnya hilang semua pak???

Bapak (datang sambil memegangi sarungnya yang hamper lepas, saking tergesa-gesanya) : "Apa??? Jangan ngaco kamu!! Uang itu kalau sudah banyak mau bapak belikan kambing!"
Bapak (memanggil ibu) : "Ibu... ibu... sini bu!!!"

Ibu (datang) : "Ada apa sih pak, teriak-teriak??"

Bapak : "Bu, lihat nih! Celengan Kabul pecah, dan uangnya hilang semua! Ini pasti ada
kaitannya dengan minggatnya si Atun itu!!! Nah, sekarang bagaimana usahamu mencari si Atun itu??? "

Ibu : "Aku sudah mencari ke kantor pos pak... tidak ada! Teman-temannya sudah kutelepon, tidak ada! Bahkan saya sudah pergi ke dukun.... gak ketemu pak??? "

Bapak : "Buat apa kamu ke dukun? Memangnya masih ada dukun di jaman modern ini?? Masih ada yang mau jadi dukun???"

Dukun (masuk dan menghampiri ibu) : "Assalamualaikum.... "

Ibu : "Walaikum salam... "

Dukun : "Apa betul ini rumahnya bu Atun dan pak Atun?"

Ibu : "Betul pak dukun.... " (menoleh ke Bapak) "Pak, inilo dukunnya... "

Bapak : "Oohhhh... ini toh?"

Dukun : "Ini pasti bu Atun khan?"

Ibu : "Lhoooo?? Embah dukun koq tahu sih mbah??? "

Dukun : (tertawa keras) "Huaha ha ha ha... hah ahahahh (batuk) huk huk uhuk huk... lha wong naskahnya seperti itu koqq... he he he... nah, pak Atun dan ibu Atun jangan khawatir! Atun di sana masih baik-baik saja keadaannya... dan masih tetap perempuan... nah, sekarang tolong ambilkan air dan dupa buat saya... "


Ibu : "Sebentar ya mbah... " (memerintah Kabul) "Bul... tolong ambilkan air dan dupa di
belakang ya??"

Kabul : "Ya bu... " (masuk, kemudian keluar lagi sambil membawa air dan dupa) "Ini bu, dupa dan airnya..."

Ibu ; "Serahkan ke pak dukun, Bul!"

(Kabul dengan takut-takut menyerahkan dupa dan air ke pak dukun).
(Pak Dukun membaca mantera, setelah menerima dupa dan air)

Dukun : "Harap tenang semua, saya mau konsentrasi memanggil anak buah saya ... (dupa
diangkat ke udara dan membaca mantera... ) "Was wes woss... ojo ngowos... tan ketan ketan... setan setan... pul kumpul... heeehhhhehh pul pul tan tan pul pul... datanglah... para pembantuku... setan dari utara, dari barat... selatan... kumpul di sini, bantulah akuuuuuu bantulah aku.... "

Pak pos mendadak masuk : "Pos... posss.. posss... permisiiii!!!"

Ibu : "Ya pak pos??? "

Pak pos : "Ibu... ibu Atun dan pak Atun... ini ada kiriman surat buat Anda berdua!"

Ibu : "Surat??? Wah.. terima kasih pak pos! " (menerim surat dari pak Pos).

Pak pos : "Bu, bapak, permisi... semua... permisi..."

Ibu : "Ya pak Pos.. (membaca pengirim) Pak??? Ini surat dari Atun pak! Dari Atun!!!
Tolong pak, baca surat ini... (membuka amplop dan menyerahkan surat ke Bapak)"

Bapak : "Wah.,.. jangan deh, aku... aku... eh.. .suaraku masih serak, batuk nih?"

Ibu : "Ala.... ngomong aja kalau gak bisa baca! Waduh... gimana ini... aku juga gak bisa
baca... Kabul... tolong bacakan ya?? " (menyerahkan surat ke Kabul).

Kabul (membaca surat) : "Bapak, ibu... salam dari aku... saat ini keadaanku baik-baik saja. Atun mohon ampun dan maaf atas kesalahan Atun selama ini, termasuk Atun telah mengambil uang milik Bapak di celengan itu. Saat ini, Atun sudah sekolah dan juga bekerja... Atun juga berjanji akan menabung sehingga bisa mengembalikan uang yang Atun ambil... Bapak, Ibu, doakan aku ya, supaya aku berhasil dalam bersekolah... anakmu.. Atun"

Ibu (menangis) :"Pak... Atun pak... Atun..."


Bapak : (Faren... Faren... )
Ibu : "Atun, anakku... anakku.... Atun!!!"

---- TAMAT ----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar