BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses perubahan tingkah laku yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain, bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari pergaulan dengan sesamanya. Dalam proses itulah muncul pengaruh yang akan didapat oleh manusia dari manusia lainnya yang membawa perubahan sikap atas manusia yang dipengaruhinya. Perubahan itulah yang menjadi arah dan tujuan dari kegiatan pendidikan.
Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan yang demikian itu sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas yang berkehidupan yang damai, terbuka, dan demokrasi, serta mampu bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatakan kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia. Oleh karena itu, kinerja pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap aspek substantif yang mendukungnya, yakni kurikulum.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan, baik secara konvensional maupun inovatif. Namun hingga saat ini belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis serta perlunya diterapkan suatu kurikulum yang dapat membekai peserta didik dengan berbagai kemampuan yang sesuai dengan tuntutan zaman. Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah memprogramkan Kurikulum SMK edisi 2004 sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan sistem pendidikan, untuk mengembangkan ranah pendidikan, pengetahuan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, akhlak, ketaqwaan, dan kewarganegaraan.
Kurikulum SMK edisi 2004 dirancang menggunakan berbagai pendekatan, yaitu sebagai berikut: (1) Pendidikan Berbasis luas (Broad Based Education), (2) Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education), (3) Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competensi Based Curriculum), dan (4) manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sebagai suatu kesatuan kebijakan pendidikan, Diknas (2004:7).
Kebijakan Pemerintah menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) didasarkan pada PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenangan pusat dan daerah. Dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa kewenangan pusat adalah dalam hal penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya, dan penetapan materi pelajaran pokok.
Kurikulum 2004 yang lahir sebagai jawaban atas berbagai kritikan masyarakat terhadap kurikulum 1994, merupakan suatu alternatif pemerintah dalam menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan arah kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan agar dapat mengakomodasikan keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antar sekolah, masyarakat, dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik..
Demikian lahirnya kurikulum 2004 merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai faktor yang saling terkait, dan sebagai bagian komponen dalam institusi pendidikan mulai dari kepala sekolah, guru sampai pada jajaran staf dan siswa mau tidak mau harus mengikuti dan terlibat dalam proses tersebut. Ibarat bola yang telah digulirkan maka kurikulum 2004 ini siap untuk dimainkan (diterapkan). Pelaksanaan kurikulum 2004 ini di SMK tidaklah selalu mulus sebagaimana yang kita harapkan, banyak faktor yang berperan dalam tercipta dan lancarnya proses pembelajaran tersebut, diantaranya: sikap penerimaan dan pelayanan guru, metode mengajar guru, sarana pendidikan yang tersedia, sikap dan cara guru memberi materi dan penilaian, serta kemampuan siswa itu sendiri sebagai objek didik. Harus disadari pula bahwa sebagai suatu konsep dan metode baru, kurikulum 2004 masih perlu banyak sosialisasi dan pemahaman yang benar serta komprehensif tentang kurikulum berbasis kompetensi.
Kurikulum berbasis pelatihan 2004 di SMK Negeri di Makassar telah diterapkan sejak semester awal, tepatnya pertengahan tahun 2004 pada semua kelas satu sebagai tahap percobaan. Dan kini proses penerapan Kurikulum 2004 telah genap setahun, banyak hal telah tersajikan dan tergambarkan, tentu membutuhkan anggapan dan pandangan sebagai penilaian awal dan mendasar akan diterapkannya Kurikulum 2004 tersebut. Sebagai suatu konsep dan metode baru masih banyak guru yang kurang memahami akan pentingnya Kurikulum 2004 ini. Seperti yang dimuat dalam (berita_pendidikan@lycos.com) bahwa sebagian guru ada yang bersikap skeptis akan suksesnya penerapan kurikulum berbasis pelatihan 2004 ini. Akibatnya, pelaksanaan Kurikulum 2004 menjadi kurang lancar, bahkan ada guru yang bersikap wait and see. Mereka menunggu kurikulum akan diberlakukan ataukah tidak sehingga penerapan Kurikulum 2004 di sekolah berjalan setengah-tengah. Namun, banyak juga guru yang menyambut baik penerapan kurikulum 2004. mereka umumnya antusias meski menemui kendala, terutama tekanan guru skeptis.
Penerapan kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreativitas, kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru. Oleh karena itu guru dituntut untuk mampu memilih dan menciptakan situasi belajar yang menggairahkan siswa, memilih dan melaksanakan metode mengajar yang sesuai dengan kemampuan siswa, guru dituntut untuk memilih, menyusun dan melaksanakan evaluasi, baik untuk mengevaluasi perkembangan atau hasil belajar siswa untuk menilai efesiensi pelaksanaan itu sendiri.
Tanggapan guru terhadapa kurikulum 2004 akan berpengaruh terhadap penerapan kurikulum tersebut. Oleh kerena itu, dalam proses penerapan KBK yang dilaksanakan oleh para guru di sekolah, tidak menutup kemungkinan adanya berbagai macam anggapan yang timbul sehingga tujuan yang tercantum dalam KBK tidak tercapai secara maksimal.
Berdasarkan alasan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis bermaksud meneliti tentang bagaimana “PENERIMAAN GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM 2004 PADA PROGRAM KEAHLIAN OTOMOTIF SMK NEGERI DI KOTA MAKASSAR”.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerimaan guru SMK Negeri Makassar terhadap penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui sejauh mana penerimaan guru terhadap penerapan Kurikulum 2004 program keahlian otomotif pada SMK Negeri Makassar.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan bagi sekolah yang bersangkutan dan SMK secara umum tentang akseptasi guru terhadap penerapan KBK 2004.
2. Menjadi bahan kajian dan informasi bagi peneliti lanjutan dalam yang ingin meneliti lebih mendalam tentang penerapan kurikulum tersebut.
3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada Depdiknas dalam mengambil kebijakan akan penerapan KBK 2004 khususnya pada SMK
4. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman baru sehingga memperluas khasanah berpikir peneliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN PENERIMAAN
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa penerimaan yaitu: “penyambutan, sambutan, perlakuan; sikap kepada, anggapan; pendapat”.
Jadi penerimaan guru dalam hal ini yang berhubungan dengan penerapan kurikulum 2004 adalah sambutan, perlakuan atau sikap guru terhadap penerapan kurikulum 2004 ini. Dalam hal ini mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan untuk memperhatikan hal tersebut dan menerima adanya perbedaan-perbedaan.
B. LANDASAN PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)
1. Landasan Filosofis
Secara filosofis penyusunan kurikulum 2004 pada SMK berdasarkan pada dua aliran pokok : ( Dinas P&K kota Makassar, 2004)
a) Aliran eksistensialisme
Bahwa pendidikan sebagai salah satu wujud kebudayaan manusia,selalu tumbuh dan berkembang (adakalanya mengalami penurunan kualitas) dan pendidikan sesungguhnya adalah yang dapat menyesuaikan dan mengikuti perkembangan zaman.
b) Aliran idealisme
Bahwa kurikulum SMK di susun agar dapat mendukung perkembangan kebudayaan pada arah yang positif, hal-hal yang mendasar: tata nilai yang kuat memberikan sesuatu yang bermakna, dan memberikan arah yang terencana dan hal ini pula pendidikan akan menjadi bermakna bila: mendidik manusia dapat hidup sesuai zamannya, membekali berbagai kompetensi dan kemampuan untuk hari esok dan masa depan yang selalu berubah.
2. Landasan Teoritis
Menurut Mulyasa (2002) bahwa kurikulum berbasis kompetensi di dasari oleh tiga landasan teoritis:
c) Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual.
d) Pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar sebagai penguasaan (learning for mastery)
e) Pendefenisian kembali terhadap bakat, yakni adanya waktu yang cukup untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
3. Landasan ekonomi
Landasan ekonomi akan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 di SMK diarahkan pada efisiensi dan efektifitas (produktif) dengan jalan menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang produktif, disiplin dan taat azas, pembukaan program diklat di SMK yang respensif terhadap perubahan pasar kerja, serta pendidikan menengah kejuruan yang harus dijalankan atas dasar prinsip investasi sumber daya manusia (Human Capital Investmen).
4. Landasan yuridis (hukum)
Penyusunan dan penerapan KBK 2004 dilandasi oleh kebijakan-kebijakan yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
a) UUD 1945 dan perubahannya
b) Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN
c) Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS)
d) Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah
e) Peraturan pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan provinsi sebagai daerah otonom
f) Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
C. Konsep Dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi
1 Pengertian kompetensi dan kurikulum berbasis kompetensi
Kompetensi merupakan perpaduan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang di refleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. (Mulyasa, 2004). Funch & Crunkilton, 1979 (dalam Mulyasa, 2004) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang di perlukan untuk menunjang keberhasilan. Demikian oleh Depdiknas, 2003 di simpulkan bahwa kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar yang tercermin dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi berkompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Adapun kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah konsep kurikulum yang dikembangkan Departemen Pendidikan Nasional RI untuk menggantikan kurikulum 1994. Definisi sederhana kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah, (Nurhadi, 2004).
Syaiful (2003:242) memberikan pengertian bahwa “kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya”.
Sejalan dengan itu Mulyasa (2003:39) mengemukakan bahwa:
“Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi), tugas-tugas standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu”.
Kurikulum berbasis kompetensi dikembangkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian untuk bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakpastian, dan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk menciptakan tamatan yang berkompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya bangsanya.
Dilihat dari teknis pelaksanaannya, kurikulum berbasis kompetensi memudahkan guru dalam menyajikan pengalaman belajar. Hal ini karena kurikulum berbasis kompetensi sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be). Unesco (dalam Mulyasa, 2004).
2. Ciri-ciri kurikulum berbasis kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 2004 memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
a. Menekankan pada pencapaian kompetensi siswa, bukan tuntasnya materi. (tidak akan ada lagi keluhan guru di akhir semester “ Wah, materiku belum habis !.” atau “Wah, saya belum menyelesaikan materi ! ”). (Nurhadi, 2004 :19)
b. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
Orientasi KBK pada hasil belajar dan keberagaman menunjukkan bahwa proses pembelajaran dapat dilakukan secara beragam, sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa, sepanjang prosedur dan hasilnya mampu dipertanggungjawabkan.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
Proses pembelajaran tidak akan mencapai hasil yang optimal jika tidak diimbangi oleh keragaman pendekatan dan metode, baik pendekatan individual, kelompok, maupun klasikal. Sementara itu, penggunaan metode bertanya, mempertanyakan, diskusi, serta menjelaskan perlu dikembangkan sehingga siswa memahami betul materi yang dibahasnya.
d. Sumber belajar bukan hanya pada guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
Konsep KBK menuntut pemanfaatan sumber belajar lain secara optimal, di samping tentu saja guru. Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan diantaranya lingkungan sekitar, perpustakaan, nara sumber, serta media elektronik dan komputer.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Penilaian proses dalam KBK ditujukan untuk melihat prosedur dan keterlibatan siswa dalam suatu kegiatan. Sementara itu penilaian hasil difokuskan pada tingkatan pencapaian kompetensi siswa sesuai dengan rumusan yang ditetapkan. (Depdiknas, 2002).
3. Prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut ini.
a. Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti Luhur
Keyakinan dan nilai-nilai yang dianut masyarakat berpengaruh pada sikap dan arti kehidupannya. Keimanan, nilai-nilai, dan budi pekerti luhur perlu digali, dipahami, dan diamalkan oleh siswa.
b. Penguatan Integritas Nasional
Penguatan integritas nasional dicapai melalui pendidikan yang memberikan pemahaman tentang masyarakat Indonesia yang majemuk dan kemajuan peradaban bangsa Indonesia dalam tatanan peradaban dunia yang multikultural dan multibahasa.
c. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika
Keseimbangan pengalaman belajar siswa yang meliputi etika, logika, estetika, dan kinestetika sangat dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum dan hasil belajar.
d. Kesamaan Memperoleh Kesempatan
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat diutamakan. Seluruh siswa dari berbagai kelompok seperti kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial yang memerlukan bantuan khusus, berbakat, dan unggul berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
e. Abad Pengetahuan dan Teknologi Informasi
Kemampuan berpikir dan belajar dengan mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian merupakan kompetensi penting dalam menghadapi abad ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
f. Pengembangan Keterampilan Hidup
Kurikulum perlu memasukkan unsur keterampilan hidup agar siswa memiliki keterampilan, sikap, dan perilaku adaptif, kooperatif dan kompetitif dalam mengahadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektif.
g. Belajar Sepanjang Hayat
Pendidikan berlanjut sepanjang hidup manusia untuk mengembangkan, menambah kesadaran, dan selalu belajar memahami dunia yang selalu berubah dalam berbagai bidang.
h. Berpusat pada Anak dengan Penilaian yang Berkelanjutan dan Komperehensif
Upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri sangat perlu diutamakan agar siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya. Penilaian berkelanjutan dan komperehensif menjadi sangat penting dalam rangka pencapaian upaya tersebut.
i. Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan
Semua pengalaman belajar dirancang secara berkesinambungan mulai dari TK dan RA sampai dengan kelas XII. Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar berfokus pada kebutuhan siswa yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu.
4. Program KBK sekolah menengah kejuruan (SMK)
Substansi pendidikan yang sejalan dengan program KBK di SMK adalah di sajikan dalam berbagai kompetensi yang dinilai penting dan perlu bagi peserta didik. Kompetensi itu sendiri meliputi berbagai kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi manusia yang cerdas dan kompetensi pekerja (ditetapkan oleh industri/ dunia usaha/ asosiasi profesi). Selanjutnya dari substansi pendidikan itulah dalam prosesnya di kemas dalam bentuk pembelajaran yang diorganisasikan atau dikelompokkan menjadi mata diklat normatif, adaptif dan produktif. Adapun uraian singkat dari pengelompokan mata diklat tersebut, sebagai berikut:
a. Mata diklat normatif adalah yang menitikberatkan pada norma, sikap, dan perilaku yang berlaku sama untuk semua program keahlian (jurusan), misalnya: PPKn, dan Agama.
b. Mata diklat adaptif adalah yang menitikberatkan pada bekal pengetahuan yang luas dan kuat untuk beradaptasi dengan perubahan di harapkan peserta didik memahami dan menguasai “Apa”, “Bagaimana”’ dan “Mengapa” suatu pekerjaan di lakukan adapun jenis mata diklat ada yang sama bagi semua program keahlian dan ada yang spesifik sesuai dengan kebutuhan masing-masing program keahlian misalnya: Bhs. Inggris, Matematika, Kewirausahaan, dan komputer.
c. Mata diklat produktif adalah yang lebih bersifat esensial dan spesifik dalam pengaturannya yaitu menekankan pada keahlian yang disesuaikan kebutuhan tiap program keahlian berfungsi memberi bekal peserta didik kompetensi kerja, misalnya; program keahlian Otomotif, mesin, listrik, dan bangunan.
SMK dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) pada pelaksanaannya menerapkan pendidikan sistem ganda, dimana pembelajaran dirancang dan dilaksanakan bersama di sekolah dan di industri kerja atau dunia usaha. Pelaksanaan pembelajaran di dunia kerja berdasarkan pada kesiapan dan ketersediaan kegiatan yang sesuai dengan kompetensi dalam kurikulum.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN KBK 2004
1. Metode dan sikap mengajar guru
Penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan sangat menentukan hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran. Metode mengajar yang dipakai oleh seorang guru dalam menyampaikan informasi tentu akan berbeda dengan metode mengajar apabila yang akan ditekankan pada siswa adalah menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Sikap dan karakteristik guru yang sukses mengajar secara efektif dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1. Respek dan memahami dirinya, serta dapat mengontrol dirinya (emosinya stabil).
2. Antusias dan bergairah terhadap bahan, kelasnya, dan seluruh pengajarannya.
2. Berbicara dengan jelas dan komunikatif (dapat mengkomunikasikan idenya terhadap siswa).
3. Memperhatikan perbedaan idividual siswanya.
4. Memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak akal.
5. Menghindari kata-kata ejekan terhadapa siswanya.
6. Tidak menonjolkan diri.
7. Menjadi teladan bagi siswanya.
2. Penggunaan Media dalam Menyampaikan Pelajaran
penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat membantu dalam pembelajaran yang efektif. Adapun media yang sering di gunakan dalam proses pembelajaran di sekolah antara lain:
1. Alat-alat laboratorium yang berorientasi pada pembentukan basic skill (keterampilan) psikomotorik siswa.
2. Gambar atau peta konsep terhadap bahan pelajaran atau materi yang akan di sajikan.
3. Modul pembelajaran atau silabus materi.
4. OHP dan alat-alat audio visual lainnya yang memungkinkan.
3. Interaksi dalam proses pembelajaran
Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara siswa sebagai objek didik dengan guru sebagai subyek didik, dapat pula berupa interaksi antara siswa itu sendiri. Salah satu tugas guru yang utama dalam proses pembelajaran adalah menciptakan iklim belajar yang kondusif. Guru bertanggung jawab atas pengorganiasasian kegiatan, waktu, fasilitas dan segala sumber yang di manfaatkan dalam kelas.
G. KERANGKA BERPIKIR
Untuk memahami secara benar bagaimana penerimaan guru terhadap penerapan kurikulum 2004 pada SMK Negeri di Kota Makassar. Maka secara sederhana dapat kami gambarkan dalam bagan kerangka berpikir seperti di bawah ini:
Gambar 01. Bagan Penerimaan Guru Otomotif SMK Negeri di Kota Makassar terhadap Penerapan Kurikulum 2004
Lahirnya suatu penerimaan berangkat dari adanya pemahaman, nilai, sikap dan minat guru terhadap suatu obyek. penerimaan guru dalam hal ini dimaksudkan sikap, tanggapan, sambutan dan pelayanannya terhadap penerapan Kurikulum 2004. secara garis besar penerapan terjadi dari adanya proses persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) juga tak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti metode dan sikap mengajar guru, penggunaan media dalam menyampaikan pelajaran, serta interaksi dalam proses pembelajaran.
Kesiapan dan keterpaduan antara komponen dalam institusi pendidikan akan sangat mempengaruhi pada nilai dan hasil yang dicapai. Akan halnya penerapan kurikulum 2004 pada SMK Negeri di Kota Makassar pada prosesnya tidak lepas dari dua hal pokok di atas. Di samping itu perlu di ketahui bahwa kurikulum berbasis kompetensi dalam pengelolaannya memiliki beberapa komponen sebagai suatu sistem, yaitu: Kerangka kurikulum dan hasil belajar; Kerangka penilaian berbasis kelas; kerangka kegiatan belajar mengajar; dan Kerangka pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran tentang penerimaan guru program keahlian otomotif SMK Negeri Makassar terhadap penerapan Kurikulum 2004.
B. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel
penelitian ini mempersoalkan variable tunggal yaitu akseptasi guru terhadap penerapan kurikulum 2004 pada program keahlian otomotif .
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian mengenai keadaan. Skala pengukuran variable adalah skala Likert.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut yang menjadi populasi penelituian ini adalah semua guru mata diklat pada program keahlian otomotif.
Sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang diteliti dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi.
D. Definisi Operasional Variabel
Penerimaan guru SMK Negeri Makassar terhadap penerapan Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 2004 adalah sambutan, perlakuan atau sikap guru terhadap penerapan kurikulum 2004 ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Angket
data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpul dengan menggunakan angket tertutup berupa pertanyaan atau pernyataan seputar masalah KBK. Responden diberikan empat jenis pilihan jawaban atas tiap-tiap pertanyaan atau pernyataan. Teknik skala Likert memberi alternatif jawaban dengan empat kategori yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju,dan sangat tidak setuju. Jawaban yang diberikan responden iberi bobot 4,3,2,1 untuk pertanyan atau pernyataan positif dan 1,2,3,4 untuk pertanyaan atau pernyataan negatif.
2. Wawancara
sasaran wawancara atau interview adalah kepala sekolah selaku pengambil kebijakan terhadap penerapan KBK, wakil kepala sekolah bidang kurikulum bidang, dan ketuaprogram keahlian. Wawancara bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam tentang pelaksanaan dan penerapan KBK di SMK Negeri Makassar.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan metode statistik deskriptif. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuat daftar skor mentah beserta sampel.
2. Membuat distribusi frekuensi dari skor mentah.
3. Ukuran tendensi sentral yang dipakai adalah mean dengan rumus:
(Sudjana 1999:67)
Keterangan:
X = rata-rata hitung
Fi= frekuensi
Xi= titik tengah
4. Ukuran penyebaran yang dipakai adalah deviasi standar dengan rumus sebagai berikut:
S2 =
(Sudjana 1999: 97)
Keterangan:
S = deviasi standar
n = jumlah sampel
Fi = frekuensi
Xi = titik tengah
Untuk mengetahui tingkat kecenderungan akseptasi guru dalam menerapkan kurikulum 2004, maka digunakan kriteria kecenderungan dengan rumus:
Nit = Nilai tertinggi instrumen
Nir = Nilai terendah instrumen
Mi = Nilai rata-rata ideal setiap ubahan
Kecenderungan adalah:
Sangat tinggi > Mi + 1,5 SDi = Mi + SDi
Tinggi antara Mi s/d Mi + 1,5 SDi = Mi s/d Mi + SDi
Sedang antara Mi – 1,5 SDi s/d Mi = Mi – SDi s/d Mi
Rendah < Mi – 1,5 SDi = Mi – Sdi
DAFTAR PUSTAKA
Dimiati & Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Dinas P & K. 1999. Kurikulum SMK GBPP Produktif. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Menengah.
Dinas P & K Kota Makassar, 2004. Landasan, Program, dan Pengembangan Kurikulum SMK 2004. Bahan Sosialisasi Kurikulum SMK 2004 tingkat kota Makassar (15-16 Desember 2004).
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik dan Implementasi). Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Nasution S. 1982. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars.
Natawijaya, Rahmat. 1986. Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah. Jakarta: Abardin.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.
Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Rahman, Sabri. 2005. Persepsi Guru dan Siswa SMK Negeri 3 Makassar terhadap Proses Pembelajaran KBK 2004. Proposal Penelitian FT UNM.
Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.
Sugiyono. 1992. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
------------. 1994. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung: Tarsito
Syaiful Sagala. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal dengan judul:
PENERIMAAN GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM 2004 PADA PROGRAM KEAHLIAN OTOMOTIF SMK NEGERI DI KOTA MAKASSAR.
Atas Nama Saudara:
Nama : Musi
Nim : 015214020
Jurusan : Pendidikan Teknik Otomotif
Fakultas : Teknik
Setelah diperiksa dan diteliti oleh Dosen Pembimbing, maka proposal ini dinyatakan telah memenuhi persyaratan untuk diseminarkan.
Makassar, Agustus 2005
Disetujui Oleh
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Hamsu Abd. Gani, M.Pd Drs. Darmawang, M.Kes
Nip. 131459944 Nip. 131950854
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Ototmotif,
Drs. Darmawang, M.Kes
Nip. 131950854
MASUK
-
Laporan dari bahasa latin reportare, membawa kembali dokumen tertulis yang disusun sebagai hasil dari prosedur untuk menjelaskan informasi....
-
BAB I KONSEP DASAR I.1. DASAR PEMIKIRAN Dunia kemahasiswaan yang penuh dinamika merupakan suatu fase dalam siklus dalam kehidupan m...
-
1.Harmonika Kaca Harmonika kaca ini dibuat dengan bahan mangkuk kaca berbagai ukuran. Nah karena terbuat dari kaca harmonika ini termasuk j...
-
Menyesal Ana ( x1 ips b ) Pagiku hilang sudah melayang harimu sudah pergi sekarang petang datang membayang batang usiaku sudah tingg...
-
Seorang cewek sedang berjalan menyusuri kampung cewek tesebut bernama Sari ( Roby ),dia paling doyan menyanyi. Sari : Duh dimana ya rumah M...
-
Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi sejati te...
-
“Pangkep Juga Punya” Pemikiran Proposal Launching Album Angewa ini Dilatarbelakangi oleh pemikiran berikut: • Potensi dan kreativitas ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang S...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar